Minggu, 13 Oktober 2013

Lonely part 1

Sekejap terbawa ingatan memory 3th lalu saat aku memutuskan untuk membuka lembaran baru di tempat dimana tak ada seorangpun yg mengenalku kecuali ayahku. Walapun sebenarnya itu bukan keinginanku, tapi itu murni pilihanku. Memilih melanjutkan sekolah dengan tinggal bersama ayahku, karna memang sudah sejak 2th yg lalu ayah & ibuku berpisah memilih menjalani kehidupannya masing-masing. Aku benci kala teringat kejadian itu, entahlah siapa yang harus ku salahkan, semuanya telah terjadi dan diluar kemampuanku untuk menghalaunya. Lebih dari itu, aku sendiri, anak tunggal dan tak ada seorang pun yang menemaniku melewati semua ini. Hari-hari ku terus berjalan, saat ini perlahan aku mulai menerima semuanya tak lagi salahkan Mimi yang menikah dengan suami barunya ataupun Ayah yang menghabiskan semuanya hingga semuanya terjadi. Aku percaya, karena takdir Tuhan semua ini harus aku jalani.

Kesendirian,, ya kesendirian, hanya itu teman baik ku selama ini. Aku belajar segalanya seorang diri,,

Hari ini, hari pertama ku memulai perjalanan di lembaran baruku. Mendaftarkan diri di sekolah yang aku sendiri tak tahu apa yang membuatku memilih sekolah tersebut, yang aku tahu sekolah tersebut adalah sekolah kejuruan. Beberapa rangkaian seleksi test masuk telah aku lewati dengan baik, tidak ada kesulitan yang berarti kecuali saat aku di minta berjalan menirukan model di atas catwalk oleh seorang guru test nya, aku bingung bagaimana harus memulainya, sejak kecil aku tidak mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk mempertontonkan apapun di depan umum (ALASAN!!!), guru tsb tetap menyuruhku berjalan kedepan dan setelah dekat dengan ujung tembok aku di perintahnya membalikkan badanku dan berjalan menuju ke arahnya, setelah itu aku di suruh nya kembali menirukan gaya pemain basket internasional yang sedang memasukkan bola ke keranjang, aku hanya bisa menurutinya saja, melompat gaya katak dengan kedua tangan ke atas. Satu test lagi yang membuatku keluar keringat dingin, yaitu pada saat aku di masukkan kedalam sebuah ruangan dengan seorang guru perempuan di dalamnya dan dia menanyaiku apakah aku memiliki tato, tindik dan sejenisnya, kontan saja aku menggelengkan kepalaku tetapi guru tsb tetap ingin memeriksanya secara langsung dengan membuka bagian belakang bajuku, fiuuhhhh memalukan sekali kejadian itu! sampai detik ini pun aku tetap mengingat nama guru yang melakukan itu padaku!!! -__-
Karena aku peserta test gelombang terakhir, tak perlu menunggu lama  untuk mendapatkan pengumuman test nya. Saat pengumuman hasil test di bagikan, aku masih sama sekali tidak mengenal siapapun di situ, menyedihkan!!! :'(
Sedikit lega setelah tahu aku di terima dengan hasil yang memuaskan, walaupun bukan lulusan SMP di daerah itu, aku memiliki nilai ujian akhir yang bisa di pertaruhkan, kata ayahku, saat pertama tiba dan mengetahui nilai akhir ujian ku beliau berkata ''NEM mu cukup untuk bisa masuk SMA favorit di sini'' aku menjawab ''kalau masuk SMA nanti harus kuliah biar bisa dapet kerja pa, aku si pengen banget kuliah, tapi kayanya mending masuk SMK aja pa biar cepet'' dan tentu saja ayahku menyetujuinya.

Hari pertama masuk MOS, tetap bukan hari yang berkesan untukku, asing sekali rasanya, aku harus menyiapkan semuanya seorang diri tanpa tahu seluk beluk daerah tempat tinggalku. Aku tetap bersabar, aku fikir lebih baik berusaha seorang diri daripada harus tinggal di tempat yang kaku, jika aku memilih tinggal bersama Mimi dan Suaminya, dua-dua nya bukan pilihan sebenarnya. Acara MOS di mulai dari jam 5 shubuh, tidak ada akses kendaraan umum ke sekolah kecuali Bapak ojek yang masih berselimut sarung di pangkalannya, itu pun jarang sekali beredar pada jam-jam segini. Kebanyakan para peserta MOS di antarkan oleh orang tua nya. Sementara aku, tidak ingin lebih merepotkan ayahku lagi, aku hanya bisa menongkrong di perempatan jalan menuju sekolah, berharap ada peri yang terbang mengantarkanku ke sekolah, ah mengkhayal sekali!! tidak! bukan itu, maksudku menunggu Bapak ojek yang berbaik hati padaku. Aku ingat sekali, saat tiba-tiba di kegelapan shubuh terlihat cahaya lampu mobil berhenti di depan ku, suara seorang cewek seumuran ku memanggil teman-temannya yang ada di belakangku sejak tadi, makin cemas karena aku berfikir akan di tinggal sendirian, tetapi Allah selalu menyayangiku, aku di ajak juga naik mobilnya dengan berdesak-desakkan dan tak ada seorang pun yang ku kenal di dalam mobil itu, suasana hening terasa karena tanpa kata, keheningan itu berakhir setelah terdengar suara hiruk pikuk di depan gerbang sekolah.

Tiga hari masa MOS terlewati juga, aku bertemu banyak teman baru saat MOS, aku masih ingat teman pertama yang menyapaku di depan koperasi sekolah dengan senyum bersahabat, Ryry dan Ayu, mereka dari SMP kristen di sini, menyapa aku yang berjilbab, baik sekali bukan. Teman-teman baruku di kelas MOS, Sarah, Nuradin, Ratih, mereka semua baik walaupun belum ada yang bisa benar-benar menjadi temanku. Besok adalah hari pertama masuk sekolah setelah tiga hari masa MOS, kami di pisahkan berdasarkan jurusan yang telah di pilih pada saat pertama kami mendaftar di sekolah ini. Aku yang pada saat itu memilih dua jurusan antara TKJ (Tekhnik Komputer Jaringan) dan Pariwisata tidak tahu di jurusan mana aku akan di terima. Siang itu semua calon siswa/i di kumpulkan di tengah lapangan sekolah di bawah terik sinar matahari, di sebutlah nama kami satu persatu untuk menentukan di jurusan apa kami diterima. Tibalah saatnya di sebutkan nama-nama murid yang di terima di jurusan TKJ, A B C D E sampai N terlewati hingga berakhir di Z, namaku tidak di sebutkan juga, sudah pasti aku tidak masuk di jurusan TKJ. Seorang cewek berparas cantik mirip keturunan arab menyapaku dan bertanya "hei, masuk jurusan apa?" aku kaget, setelah bersalaman dengan menyebutkan namaku, aku menjawab, "pilih TKJ sama Pariwisata tapi di TKJ gak masuk, Pariwisata kayaknya." "wah sama, ehh namaku di sebut, ke kelas duluan ya, sampai ketemu nanti." cewek tadi yang ternyata bernama Aisyah pergi sambil melambaikan tangannya. Pilihan kedua, nama-nama siswa/i jurusan Pariwisata di sebut satu persatu  hingga selesai dan berganti ke jurusan lain, namaku tak di sebut lagi. Setelah menarik nafas panjang aku pergi ke ruang Tata Usaha bermaksud menanyakan status jurusanku, aku bertemu dengan Pak Nde, seorang guru yang mengetest ku waktu pertama kali masuk. "Bapak, jadi saya masuk jurusan apa? kok gak di sebut dua-duanya." "oh, emang kamu milih apa?" "TKJ sama Pariwisata Perhotelan Pak," "TKJ penuh sudah ada 3 kelas, mending kamu masuk kelas bapak aja di Usaha Jasa Pariwisata." "ahh Bapak, ya sudah Perhotelannya aja ya Pak." si Bapak malah menyuruhku masuk ke kelasnya, setelah tawar menawar akhirnya aku masuk ke kelas Perhotelan.

Kesan pertama di kelas
aishhh jauh dari bayanganku, kelas dengan cewek-cewek bergeng dan para cowok usil. Aku yang relatif pendiam dengan orang baru, seperti salah habitat berada di sini. Di minggu-minggu pertama aku sempat menemui Pak Nde lagi di ruang Tata Usaha, dengan wajah suram memohon pindah kelas, tetapi aku malah di minta lebih beradaptasi lagi di kelas. huufhh

5 komentar: