Selasa, 15 Oktober 2013

Cinta Merah Muda

hai, aku Nee itu bukan nama asliku namun cukup saja memanggilku seperti itu. aku baru saja lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dengan jurusan Pariwisata atau Perhotelan lebih tepatnya. aku sangat mencintai pekerjaan di bidang jasa sejak aku melaksanakan program Trainning di kelas dua dan sempat menjadi Daily Worker di beberapa hotel kecil di sekitar tempat tinggalku saat kelas tiga. setelah lulus kebetulan salah seorang sepupuku bekerja sebagai kasir di salah satu cafe di jakarta, aku di tawari untuk mengirim lamaran ke cafe tempat kerja sepupuku karena pada saat itu sedang di butuhkan seorang waitress di cafe tsb. karena aku belum mempunyai dana untuk melanjutkan kuliah, aku memilih menerima tawaran tsb.

singkat cerita, dengan mengumpulkan segenap keberanianku untuk pergi ke ibukota seorang diri juga meyakinkan pilihan untuk tinggal di kota berpolusi yang tak pernah aku inginkan sebelumnya, aku pergi ke jakarta.Melewati interview singkat berbekal beberapa lembar sertifikat yang aku punya, aku di terima kerja pada 4 juni tepat di tanggal lahirku. esoknya aku harus pulang terlebih dahulu untuk mengambil pakaian juga barang2 kebutuhanku yang lain. beberapa hari setelahnya aku kembali ke jakarta untuk mulai bekerja. aku belajar sungguh2 untuk cepat menguasai pekerjaanku, teman2 kerja yang ramah cukup membuatku kerasan berada di lingkungan baru. aku sempat mendengar cerita dari sepupuku bahwa ada juga seorang karyawan yang baru masuk,sepupuku menyebutkan namanya berinisial N, sama dengan namaku. entah kenapa rasanya aku penasaran dengan pemilik nama itu, apa karena dia sama2 baru sepertiku atau karena nama itu sendiri yang memikat naluriku. aku sempat berpesan kepada sepupuku untuk menunjukkan orangnya jika dia masuk,hingga pada suatu malam saat acara briefing penutupan kerja yg dilakukan setiap hari dimulai,sepupuku membisikkan sesuatu menyuruhku melihat ke arah seseorang yg berdiri di depan pintu memakai kaos hijau dengan potongan rambut cukup pendek, walaupun agak kurang jelas karena lampu cafe telah di matikan. "Cowok banget kannn,," bisik sepupuku waktu itu. aku hanya mengiyakan saja pernyataanya, sosok yang berdiri di depan pintu itu cukup menarik segenap perhatian dan rasa ingin tahuku akan siapakah sebenarnya si ganteng berkaos hijau itu. 

Hari hari pun berlalu, setiap hari ku lewati dengan berangkat bekerja di sore hari dan pulang larut malam karena sebagai waitress aku bekerja shift 2. Tidak terasa aku telah melewati masa adaptasiku. Oia aku juga mempunyai seorang teman baru, sebut saja Yuli namanya, dia anak betawi asli, parasnya yg cantik, ramah dengan logat khas betawi. Kami cepat akrab karena bekerja dalam satu tim. Karena peraturan manager cafe untuk waitress di wajibkan ber-make up maka tidak jarang Yuli memake-up wajahku dengan senang hati, jujur saja aku bukan tipe wanita yg suka ber-make up. Tidak jarang pula aku harus bermain petak umpet dengan Bu Erna satu satunya manager perempuan di cafe yg super bawel, jika ketahuan tentu saja aku di omelinya "Nee wajah kamu tuh pucat bangettt.. Sana ke atas dandan dulu atau mau saya dandanin" teriaknya khas dengan gaya centilnya. "Iya iya ibu dandan sendiri deh" sahutku malas.

Selain Yuli, aku punya banyak pathner kerja yg lain, ada Teh Lita, Teh Anggi, Teh Neli, juga banyak waiter lelaki nya. Mereka semua baik. Sampai pada suatu hari, ketika aku beres sholat ashar bersama Yuli, aku melihat dia bercakap dengan salah satu karyawan yg bekerja sebagai OB, sebut saja Lee.kelihatannya mereka sangat akrab, aku hanya diam saja sebagai pendengar.  Yuli memaksa meminta sweater yg kak Lee pakai, dia terus saja merayu agar sweater itu di lepas sampai kak Lee memberikan tawaran yg menurutku konyol, `iya di kasih asal cium dulu` kata kak Lee nakal. dan tanpa ku duga Yuli malah menyodorkan pipi nya untuk di cium, hah! aku hampir tak percaya, kontan saja kak Lee langsung menciumnya di depan mataku. aishh adegan apa yg baru saja ku tonton. aku tak memahaminya kenapa Yuli mau saja di cium. esoknya aku sempat bertanya ke teh Mell sepupuku, tentang hubungan Yuli dan kak Lee serta kejadian kemarin. teh Mell juga kaget seolah tak percaya ketika mendengar ceritaku. dari cerita teh mell aku tahu, ternyata kak Lee yg membawa Yuli bekerja di cafe, katanya kak Lee kost di rumah Yuli, dari situ aku sedikit mengerti tentang hubungan mereka berdua.

Hari itu aku bekerja seperti biasa, lebih semangat dari hari ke hari, aku semakin akrab dengan para kru cafe, juga tentu saja karena sekarang ada pemandangan baru di dapur, si ganteng yg belum sempat ku kenal hihi
pasti ku sempatkan untuk melirik sedikit saja ke arahnya setiap melewati dapur lantai tiga tempat dia memasak, dia terlihat sibuk dengan masakannya.
saat jam istirahat sore di mulai, seperti biasa aku naik ke lantai empat tempat beristirahat juga sholat, karena cafe lumayan sepi aku, teh Lita, teh Neli dan beberapa teman lain beristirahat di jam yg sama, setelah sholat ashar orang2 berdesas desus membicarakan sesuatu, hah ternyata mereka membicarakan kejadian Yuli dan kak Lee kemarin, tahu dari mana mereka soal itu? aku langsung saja bertanya heran, katanya pak Handy salah satu kaki tangan owner cafe melihat kejadian itu saat mengecek CCTV cafe, hampir di setiap sudut cafe memang ada CCTV yg sengaja di sediakan untuk mengontrol kinerja karyawan  dari office, ketat sekali bukan. saat sedang asik mengobrol hampir tak sadar di situ ada si ganteng yg ikut mendengarkan pembicaraan kami sejak tadi, berbekal obrolan basa basi akhirnya aku berkenalan juga dengan dia, huaaa senangnya! teriakku dalam hati. aku bertanya padanya, mau di panggil apa kaka, mas atau teteh? hehe candaku karena di situ ada teh Lita dan Teh Neli, teteh aja nee! teriak teh Neli meledek, ahh panggil nama saja! jawab dia. engga lah, gak sopan panggil nama, kataku. ternyata baru saja berkenalan kita sudah mengobrol akrab layaknya teman lama. dia supel, ramah juga humoris, aku semakin penasaran saja.
                                              

Minggu, 13 Oktober 2013

Lonely part 1

Sekejap terbawa ingatan memory 3th lalu saat aku memutuskan untuk membuka lembaran baru di tempat dimana tak ada seorangpun yg mengenalku kecuali ayahku. Walapun sebenarnya itu bukan keinginanku, tapi itu murni pilihanku. Memilih melanjutkan sekolah dengan tinggal bersama ayahku, karna memang sudah sejak 2th yg lalu ayah & ibuku berpisah memilih menjalani kehidupannya masing-masing. Aku benci kala teringat kejadian itu, entahlah siapa yang harus ku salahkan, semuanya telah terjadi dan diluar kemampuanku untuk menghalaunya. Lebih dari itu, aku sendiri, anak tunggal dan tak ada seorang pun yang menemaniku melewati semua ini. Hari-hari ku terus berjalan, saat ini perlahan aku mulai menerima semuanya tak lagi salahkan Mimi yang menikah dengan suami barunya ataupun Ayah yang menghabiskan semuanya hingga semuanya terjadi. Aku percaya, karena takdir Tuhan semua ini harus aku jalani.

Kesendirian,, ya kesendirian, hanya itu teman baik ku selama ini. Aku belajar segalanya seorang diri,,

Hari ini, hari pertama ku memulai perjalanan di lembaran baruku. Mendaftarkan diri di sekolah yang aku sendiri tak tahu apa yang membuatku memilih sekolah tersebut, yang aku tahu sekolah tersebut adalah sekolah kejuruan. Beberapa rangkaian seleksi test masuk telah aku lewati dengan baik, tidak ada kesulitan yang berarti kecuali saat aku di minta berjalan menirukan model di atas catwalk oleh seorang guru test nya, aku bingung bagaimana harus memulainya, sejak kecil aku tidak mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk mempertontonkan apapun di depan umum (ALASAN!!!), guru tsb tetap menyuruhku berjalan kedepan dan setelah dekat dengan ujung tembok aku di perintahnya membalikkan badanku dan berjalan menuju ke arahnya, setelah itu aku di suruh nya kembali menirukan gaya pemain basket internasional yang sedang memasukkan bola ke keranjang, aku hanya bisa menurutinya saja, melompat gaya katak dengan kedua tangan ke atas. Satu test lagi yang membuatku keluar keringat dingin, yaitu pada saat aku di masukkan kedalam sebuah ruangan dengan seorang guru perempuan di dalamnya dan dia menanyaiku apakah aku memiliki tato, tindik dan sejenisnya, kontan saja aku menggelengkan kepalaku tetapi guru tsb tetap ingin memeriksanya secara langsung dengan membuka bagian belakang bajuku, fiuuhhhh memalukan sekali kejadian itu! sampai detik ini pun aku tetap mengingat nama guru yang melakukan itu padaku!!! -__-
Karena aku peserta test gelombang terakhir, tak perlu menunggu lama  untuk mendapatkan pengumuman test nya. Saat pengumuman hasil test di bagikan, aku masih sama sekali tidak mengenal siapapun di situ, menyedihkan!!! :'(
Sedikit lega setelah tahu aku di terima dengan hasil yang memuaskan, walaupun bukan lulusan SMP di daerah itu, aku memiliki nilai ujian akhir yang bisa di pertaruhkan, kata ayahku, saat pertama tiba dan mengetahui nilai akhir ujian ku beliau berkata ''NEM mu cukup untuk bisa masuk SMA favorit di sini'' aku menjawab ''kalau masuk SMA nanti harus kuliah biar bisa dapet kerja pa, aku si pengen banget kuliah, tapi kayanya mending masuk SMK aja pa biar cepet'' dan tentu saja ayahku menyetujuinya.

Hari pertama masuk MOS, tetap bukan hari yang berkesan untukku, asing sekali rasanya, aku harus menyiapkan semuanya seorang diri tanpa tahu seluk beluk daerah tempat tinggalku. Aku tetap bersabar, aku fikir lebih baik berusaha seorang diri daripada harus tinggal di tempat yang kaku, jika aku memilih tinggal bersama Mimi dan Suaminya, dua-dua nya bukan pilihan sebenarnya. Acara MOS di mulai dari jam 5 shubuh, tidak ada akses kendaraan umum ke sekolah kecuali Bapak ojek yang masih berselimut sarung di pangkalannya, itu pun jarang sekali beredar pada jam-jam segini. Kebanyakan para peserta MOS di antarkan oleh orang tua nya. Sementara aku, tidak ingin lebih merepotkan ayahku lagi, aku hanya bisa menongkrong di perempatan jalan menuju sekolah, berharap ada peri yang terbang mengantarkanku ke sekolah, ah mengkhayal sekali!! tidak! bukan itu, maksudku menunggu Bapak ojek yang berbaik hati padaku. Aku ingat sekali, saat tiba-tiba di kegelapan shubuh terlihat cahaya lampu mobil berhenti di depan ku, suara seorang cewek seumuran ku memanggil teman-temannya yang ada di belakangku sejak tadi, makin cemas karena aku berfikir akan di tinggal sendirian, tetapi Allah selalu menyayangiku, aku di ajak juga naik mobilnya dengan berdesak-desakkan dan tak ada seorang pun yang ku kenal di dalam mobil itu, suasana hening terasa karena tanpa kata, keheningan itu berakhir setelah terdengar suara hiruk pikuk di depan gerbang sekolah.

Tiga hari masa MOS terlewati juga, aku bertemu banyak teman baru saat MOS, aku masih ingat teman pertama yang menyapaku di depan koperasi sekolah dengan senyum bersahabat, Ryry dan Ayu, mereka dari SMP kristen di sini, menyapa aku yang berjilbab, baik sekali bukan. Teman-teman baruku di kelas MOS, Sarah, Nuradin, Ratih, mereka semua baik walaupun belum ada yang bisa benar-benar menjadi temanku. Besok adalah hari pertama masuk sekolah setelah tiga hari masa MOS, kami di pisahkan berdasarkan jurusan yang telah di pilih pada saat pertama kami mendaftar di sekolah ini. Aku yang pada saat itu memilih dua jurusan antara TKJ (Tekhnik Komputer Jaringan) dan Pariwisata tidak tahu di jurusan mana aku akan di terima. Siang itu semua calon siswa/i di kumpulkan di tengah lapangan sekolah di bawah terik sinar matahari, di sebutlah nama kami satu persatu untuk menentukan di jurusan apa kami diterima. Tibalah saatnya di sebutkan nama-nama murid yang di terima di jurusan TKJ, A B C D E sampai N terlewati hingga berakhir di Z, namaku tidak di sebutkan juga, sudah pasti aku tidak masuk di jurusan TKJ. Seorang cewek berparas cantik mirip keturunan arab menyapaku dan bertanya "hei, masuk jurusan apa?" aku kaget, setelah bersalaman dengan menyebutkan namaku, aku menjawab, "pilih TKJ sama Pariwisata tapi di TKJ gak masuk, Pariwisata kayaknya." "wah sama, ehh namaku di sebut, ke kelas duluan ya, sampai ketemu nanti." cewek tadi yang ternyata bernama Aisyah pergi sambil melambaikan tangannya. Pilihan kedua, nama-nama siswa/i jurusan Pariwisata di sebut satu persatu  hingga selesai dan berganti ke jurusan lain, namaku tak di sebut lagi. Setelah menarik nafas panjang aku pergi ke ruang Tata Usaha bermaksud menanyakan status jurusanku, aku bertemu dengan Pak Nde, seorang guru yang mengetest ku waktu pertama kali masuk. "Bapak, jadi saya masuk jurusan apa? kok gak di sebut dua-duanya." "oh, emang kamu milih apa?" "TKJ sama Pariwisata Perhotelan Pak," "TKJ penuh sudah ada 3 kelas, mending kamu masuk kelas bapak aja di Usaha Jasa Pariwisata." "ahh Bapak, ya sudah Perhotelannya aja ya Pak." si Bapak malah menyuruhku masuk ke kelasnya, setelah tawar menawar akhirnya aku masuk ke kelas Perhotelan.

Kesan pertama di kelas
aishhh jauh dari bayanganku, kelas dengan cewek-cewek bergeng dan para cowok usil. Aku yang relatif pendiam dengan orang baru, seperti salah habitat berada di sini. Di minggu-minggu pertama aku sempat menemui Pak Nde lagi di ruang Tata Usaha, dengan wajah suram memohon pindah kelas, tetapi aku malah di minta lebih beradaptasi lagi di kelas. huufhh