Amanohashidate (天橋立) adalah lidah pasir yang memisahkan Teluk Miyazu dengan Laut Aso di Miyazu, Prefektur Kyoto, Jepang. Lidah pasir sempit ini panjangnya 3,6 km, lebarnya antara 20 m hingga 170 m, menghubungkan dua tempat terpisah di utara dan selatan Teluk Miyazu. Bila dilihat secara terbalik (kepala berada di bawah), lidah pasir ini tampak seperti jembatan (橋 hashi) yang menuju ke langit (天 amano) sehingga diberi nama Amanohashidate.
Amanohashidate, kadang-kadang disebut "The Bridge to Heaven" terbentuk selama ribuan tahun dan sekarang menjadi landmark tercinta di bagian utara Kyoto prefektur di pantai Laut Jepang. Dinobatkan menjadi salah satu dari tiga tempat yang paling indah di Jepang. Untuk melihat keindahan alam terbaik, kami sarankan anda naik ke puncak di kedua sisi dengan chair lift atau monorail . Perjalanan melintasi jembatan pasir taman alam adalah perjalanan yang tidak akan dapat anda lupakan, disuguhi pemandangan sekitar 8000 pohon pinus di atas hamparan lembut pasir putih. Jika Anda lebih suka melihat sisi laut, ada feri dan kapal charter untuk menunjukkan pemandangan dari laut.
Alam adalah daya tarik utama tetapi ada juga budaya yang mendalam dan sejarah yang kaya pengalaman. Ada beberapa candi, kuil, kaisenkyou (the rotating bridge) dan sumber air panas alami yang berdekatan dengan Amanohashidate dan pemandangan puncak gunung.
Amanohashidate juga merupakan tempat untuk bersenang-senang! Pada musim panas pantai yang bagus untuk berenang, olahraga pantai, dan acara keluarga. Ada berbagai festival yang diselenggarakan sepanjang tahun, termasuk berlakunya kembali cerita rakyat seputar penciptaan pasir bar misterius di festival tari naga musim panas dan festival kembang api di musim dingin.
Amanohashidate dikunjungi oleh sekitar 2,7 juta pengunjung setiap tahunnya.Pemandangan Amanohashidate dari Taman Kasamatsu dapat terlihat seperti "jembatan ke langit", bila dilihat dari celah kedua belah kaki dan badan dibungkukkan.
Sejarah
Tempat ini sudah terkenal sejak zaman kuno. Dalam Hyakunin Isshu terdapat waka karya Koshikibu no Naishi, Ōeyama ikuno no michi no tōkereba madafumi mo mizu amanohashidate (大江山 いく野の道の 遠ければ まだふみもみず 天橋立 Dari Gunung Ōe begitu jauh jalan ke Ikuno, surat pun belum datang dari Amanohashidate.)
Dalam fudoki Provinsi Tango dikisahkan tentang tangga yang digunakan Izanagi untuk naik ke langit. Ketika Izanagi sedang tidur, tangga tersebut jatuh dan berubah menjadi Amanohashidate. Pada zaman Edo, Amanohashidate bersama-sama dengan Matsushima dan Miyajima sudah disebut sebagai Tiga Pemandangan Terindah di Jepang.
Lidah pasir ini terbentuk kira-kira 4.000 tahun yang lalu. Hanyutan pasir dan kerikil dari sungai-sungai di bagian timur Semenanjung Tango terbawa arus laut yang bertabrakan dengan arus Laut Aso yang berasal dari aliran Sungai Noda di di sebelah barat Amanohashidate. Sebagai akibatnya, lidah pasir berbentuk hampir lurus terbentuk di tengah-tengah laut yang memisahkan Teluk Miyazu dan Laut Aso.
Pada 1 Juni 1955, Amanohashidate ditetapkan sebagai bagian dari Taman Kuasi-Nasional Teluk Wakasa. Setelah wilayahnya diperluas, Taman Kuasi Nasional Teluk Wakasa diubah namanya menjadi Taman Kuasi-Nasional Tango-Amanohashidate-Ōeyama pada 3 Agustus 2007.
Kuil di kawasan Amanohashidate
View Lidah pasir dari atas
Tepi pantai dengan ratusan pohon pinus yang tumbuh di atas hamparan pasir putih
Tiket naik Chair lift